Membuat Bintang dari Tusuk Sate dengan kepaduan kelompok
Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu dengan menggunakan pancaindera. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu (dalam Riyanto,2002).
Namun sebenarnya dalam menyelesaikan tugas membuat bintang dari tusuk sate ini sanagt-sangat diperlukan kerjasama atau kepaduan kelompok,sebab jika dikerjakan sendiri saja akan lebih sulit untuk menyelesaikannya, hal ini berkaitan dengan teori di bawah ini.
Berdasarkan Landasan Filosofis
Terdapat 3 ciri utama dari pemikiran Filsafat, yaitu :
Radikal artinya berpikir sampai keakar-akarnya. Sebelum kita memulai merakit bintang, pastinya kita harus merencanakan apa yang akan kita kerjakan dari tahap awal hingga akhir. Yang pada awalnya kita membuat sketsa/gambar bintang diatas kertas putih agar merakit dan membentuk bintang dengan lebih mudah,sampai selesai.
Sistematika artinya berpikir logis dan bergerak selangkah demi selangkah sesuai dengan urutan yang teratur. Kaitannya dalam membuat bintang ini, kita harus menyusun tusuk-tusuk sate satu persatu diatas sketsa dan mengkaitkannya dengan yang lain agar terjalin dan terbentuk sebuah bintang dari tusuk sate.
Universal artinya berpikir secara menyeluruh. Jika dikaitkan maksudnya semua pikiran kita tujukan pada tugas ini dan tidak berpikir terbatas pada bagian tertentu, jadi harus menyeluruh. Contohnya dengan tidak berpatok pada satu cara, jika tidak bisa harus dicoba dengan cara lain.
Berdasarkan Landasan Psikologis
Dalam proses belajar tidak hanya dibutuhkan kemampuan kognitif, tapi juga kemampuan afektif dan psikomotor. Hingga proses belajar akan menjadi lebih baik dan sempurna sesuai dengan yang kita & orang lain harapkan.
Kemampuan kognitif, jika dihubungkan dengan membuat bintang ini pada awalnya kita diberi arahan dari Bu Dina apa yang hendak di buat dari tusuk gigi dan tusuk sate tersebut lalu setelah itu kita melaksanakan sesuai dengan kemampuan mengingat kita dari pengalaman kita yang dulu jika ada lalu menerapkannya.
Kemampuan afektif, dapat mengembangkan receiving yaitu bagaimana keikutsertaan/kontribusi dari tiap anggota agar tugas dapat terselesaikan. Dari mulai setiap anggota mau menerima masukan temannya, menanggapi apa yang dibuat, menghargai semua ide dan partisipasinya hingga membentuk suatu hasil yang didinginkan kelompok & berpribadi.
Kemampuan psikomotor, maksudnya setiap anggota ikut serta memegang tusuk sate untuk mengkaitkannya dengan yang lain, setelah terkait harus tetap dipegang ujungnya agar tidak terlepas, nah disini diperlukan kegiatan otot dan fisik agar terbentuklah sebuah bintang.
Berdasarkan Landasan Sosial Budaya
Dari semua perbedaan cara, ide dan pendapat dari setiap anggota kelompok, kita dapat mengambil dan menggabungkan hal yang baiknya sehingga diperlukannya kepaduan kelompok agar tugas dapat terselesaikan bersama. Oleh karena itu dalam kegiatan ini dibutuhkan peran dan partisipasi setiap anggota, sehingga tidak heran lagi bahwa manusia itu merupakan makluk sosial dan berbudaya.
Referensi :
Drs. H. Burhanuddin Salam. “Pengantar Paedagogik”. Jakarta
Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd. “ Paradigma Baru Pembelajaran”. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar